Hal-Hal Yang Baru Saya Tahu Tentang Jogjakarta
Mantan pacar saya dulu
pernah bilang kalau saya itu cupu. "kamu cupu banget sih, ya ampun"
katanya sambil garuk-garuk kepala. Kepala bapaknya. Banyak faktor kenapa saya
masuk dalam kategori cupu menurut dia. Salah satunya saya TIDAK ikut organisasi
waktu kuliah kemudian saya JARANG jalan-jalan. Saya harus mengakui itu. Dan masih banyak
lagi...
Sekarang dia sudah
menikah dengan laki-laki pilihannya dan tentu saja tidak secupu saya. Hehe..
Dan saya pun harus
jujur kalau saya baru pertama kali menginjakan kaki di Jogjakarta selama saya hidup. Waktu study tour ala anak-anak
SMP angkatan saya dulu kebetulan saya tidak ikut. Entah kenapa rasanya tidak
ingin ikut saja. Urusan dana tentu saja (bapak saya) punya. Mungkin hanya
karena takut perjalanan jauh. Yah, lagi-lagi kita kembali pada paragraf awal
bahwa saya memang cupu.
Sama halnya dengan
sekarang, saya baru tahu tentang Jogja ya sekarang ini. Ada beberapa hal yang
membuat saya manggut-manggut - itu tandanya baru mengalami hal yang belum saya
alami. Diantaranya adalah..
Dari Cirebon Ke Jogja Lumayan
Lama
Saya sering membuka Google
Map dan sering juga merencanakan pergi jalan-jalan ke Jogja (walaupun hanya
rencana) saya cek jarak dan waktu tempuhnya. Sudah jelas terlihat memang jauh
jarak antara Cirebon dan Jogja,
waktu tempuhnya pun lumayan lama. Tapi itu hanya angan-angan saja. Artinya saya
belum sama sekali action, berangkat
ke Jogja - sekali pun hanya beli tiket kereta api.
Tapi sekarang saya
baru merasakan dan benar-benar merasakan begitu lamanya perjanan itu. Untung
kami naik kereta. Oiyah, saya ke Jogjakarta berdua dengan bos (atau partner),
bisa ditebak perjalanan ini adalah perjalanan seperempat wisata. Yah, kerena
kami ke Jogja untuk keperluan workshop
private. Means, kami sedang bekerja sebenarnya. Tapi saya anggap ini
sebagai trip wisata (seperempat).
Di perjalanan cukup
terasa lelahnya walaupun hanya duduk manis di kereta tak ada macet dan gangguan
lainnya. Tapi tetap saja duduk juga menjemukan. Kali ini saya benar-benar
merasakan yang sesungguhnya jarak dan waktu ke Jogjakarta, hanya saja itu semua
kalah akan rasa senang selama perjalanan.
Pasar Kembang Siang
Hari
Saya rasa pembaca blog
ini sudah cukup dewasa dan mengerti akan hal-hal 'kedewasaan' lainnya. Termasuk
'tempat-tempat' atau istilah dalam dunia orang dewasa. Termasuk pasar kembang
yang terkenal di Jogjakarta. Atau yang sering disebut Sarkem.
Kurang lebih satu
tahun yang lalu saya mendengar tempat yang satu ini. Tapi saya belum tahu apa
pasar kembang ini benar dan asli menjual kembang atau itu hanya metafora saja. Dan
sepertinya dugaan saya yang terkahir agak benar.
Di perjalanan ini saya
benar-benar melihat pasar kembang. Sayangnya di siang hari. Kebetulan rasanya
saya kurang tertarik melewatinya ketika malam. Cukup siang saja. Dan saya sudah
tahu rupa dan oranamen jalanan yang terkenal itu.
Nasi Kucing dan
Kehangatan Angkringan
Di Cirebon cukup
banyak yang menjual nasi kucing dan menjajakannya di angkringan seperti khas Jogja.
Tapi saya belum sama sekali mampir atau makan. Hanya lewat saja. Lagi-lagi
bukan urusan dana tapi saya memang belum suka makanan yang berjejer di gerobak
dan juga kopi-susu-jahenya. Saya lebih suka nasi kuning dan makanan khas Cirebon
lainnya.
Ketika saya di Jogja, disanalah
saya baru pertama kali makan makanan ala angkringan. Bukan makanannya yang
membuat saya betah duduk berlama-lama di angkingan tapi suasana kehangatan
antar pembeli dan juga penjual yang saling berinteraksi, ngobrol, berbagi cerita
dan kegembiraan. Rasa dari makanan yang dijajakan biasa saja, seperti makanan
di warung-warung nasi pinggir jalan.
Ternyata memang bukan
makanan yang mereka jual. Tapi suasana kehangatan antar manusia, interaksi
sosial diantara mereka menceritakan kisah-kisah keseharian para pembeli dan
tentu penjualnya.
Asiknya Jalanan
Sekitar Jogja
Saya baru meraskan
atmosfir yang luar biasa di jalan-jalan Jogjakarta yang sangat ramai dan punya
keunikan tersendiri. Apalagi ketika bertepatan dengan malam minggu. Malam
minggu saya berkeliling ke beberapa tempat yang terkanal di Jogjakarta. Ada acara live musik di sisi-sisi jalan. Makanan
melimpah. Orang tumpah ruah. Ramai 'tidak karuan' tapi tetap tertib. Siang hari pun sama asiknya dengan malam hari.
Itulah penggambaran sederhana yang saya bisa saya deskripsikan tentang asiknya jalanan sekitar jogja.
Banyak Bule
Berkeliaran
Seperti tempat wisata
di beberapa daerah pasti akan banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun
mancanegara. Jogja pun demikian. Saya melihat banyak sekali postur-postur tubuh
yang tidak menggambarkan orang Indonesia dengan hidung yang menjadi dambaan
setiap wanita yang diejek mancung kedalam.
Awalnya saya kira bule
berkeliaran itu hanya di pantai atau di tempat-tempat bersejarah macam candi
dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya. Ternyata di jalanan Malioboro banyak
berlalu-lalang turis. Ada keinginan untuk mengajak mereka bercengkrama tapi
rasanya malas sekali, karena saya datang bukan untuk mereka tapi untuk Jogja.
Untuk tempat yang saya - mahluk cupu- belum pernah datangi.
Alun-Alun Ada Dua
Kebingungan yang
sering terjadi adalah ketika ada dua hal yang sama sementara kita harus
membedakannya dengan modal ketidaktahuan apa saja perbedaan diantara keduanya.
Itulah yang terjadi pada saya. Saya baru menginjakan kaki di Jogjakarta dan
tidak tahu arah. Begitu dihadapkan dengan dua alun-alun Jogja saya kebingungan
mana alun-alun kidul mana alun-alun lor.
Yang saya tahu
alun-alun jogja itu ya yang ada dua beringin kemudian ada orang suka lewat
ditengah-tengah dengan menggunakan mata tertutup - walaupun kebanyakan orang
gagal melewati tengah-tengahnya. Hanya itu. Untungnya rider ojek online yang
saya tumpangi mau memberikan informasi yang sangat berguna tentang kedua
alun-alun itu. Terimaksih mamang ojek.
Polusi Suara
Pesawat sering lewat
di atap hotel dan atap-atap rumah warga. Dan itu mungkin bagi saya cukup
mengganggu. Apalagi ketika saya berada di kolam renang di atas hotel tempat
saya menginap. Bising suaranya mengganggu ketenangan. Mungkin bagi sebagian
warga hal itu sudah biasa.
Mungkin juga mereka
merasa terganggu tapi tidak bisa apa-apa, mau protes toh percuma mana di dengar
suara dari mereka. Saya yang jelas orang dari luar cukup terganggu. Tapi sama
halnya dengan penduduk setempat saya juga bisa apa selain menikmati suasana Jogja
yang hangat diguyur teriknya matahari kala itu.
Sebenarnya cukup
banyak hal-hal yang saya baru tahu tentang Jogjakarta. Sebagaimana mestinya
orang yang baru pertama kali mendatangi kota gudeg ini. Hanya saja saya cukup
lelah untuk mengingatnya karena saking banyaknya. Juga banyak yang tidak bisa
saya tulisakan dengan kata-kata karena saya ingin itu menjadi hal yang memang
saya sendiri yang tahu. Mencoba mengurangi kadar kecupuan saya karena tidak
banyak yang saya tahu tentang dunia luar.
Mungkin itu saja
hal-hal yang baru saya tahu. Semog ada manfaatnya, kalau pun tidak ada toh
teman-teman sekalian sudah mau membacanya saya sangat berterimakasih. Cukup sekian. Semoga
hari teman-teman menyenangkan, semoga saya bisa kembali lagi ke jogja.
Silahkan komen dan meninggalkan jejak. :D
Saya pernah ke Jogja dua kali. Pas tour SMA. Dan pas gathering kantor. Dan nggak tahu kenapa, suasana Jogja selalu bikin kangen pengen mampir lagi. Bukan makanannya, bukan tempat wisatanya, tapi segalanya kayak punya magic. Pokoknya Jogja kota yang misterius. Hahaha
BalasHapussaya juga pengen kesana lagi kang. mau ngomong sama bulenya kali ini haha
Hapusmemang jogja, ngangenin selalu suasananya
BalasHapussalam dari saya mba saya baru kenal nih hehe
HapusYang enak datang ke Jogja itu sebagai solo traveler/backpacker,kerasa bgt petualangan nya ����
BalasHapussaya juga keliling mah sendirian kang. bos saya kagak ikutan tidur mulu kerjaannya hehehe
HapusJogja memang gak ada habisnya, pengen ke sana lagi tapi belum ada waktu
BalasHapusayo kang kesana lagi hehe
Hapus