Mengajak orang itu tidak mudah, even
orang terdekat kita sendiri atau bahkan orang yang kita cintai. Ajakan baik
juga belum tentu mereka terima, apalagi ajakan yang buruk, seperti makan batu
bata sama-sama misalnya.
Hmmm…
---
“buk! Adek kemana?” tanya gue yang baru
pulang dari kota setelah menemani dokter presentasi pembentukan koperasi.
Oiyah, gue memang kadang suka dikontak
dokter Asad. Seorang dokter THT, kenal beliau sekitar dua tahunan. Dia tahu kemampuan gue dalam membuat slide presentasi. Itulah gunanya punya
kemampuan dan dikenal oleh orang lain. Bukannya mau sombong tapi gue ingin memberikan contoh kalau kita punya keahlian jangan dipendam ajah. Tunjukin ke orang.
“nggak tahu, tadi keluar. Paling balik
lagi. Udah sore waktunya mandi” jawab emak gue.
Belum satu menit emak ngomong, adek
datang.
“nah ini orangnya. Dicariin kakak tuh”
kata emak sambil goreng tempe.
“ada apa bang?” sambil minum, adek
datang ke kamar, menanyakan perihal kenapa mahluk bau matahari ini dicariin
abangnya.
“hari Minggu, kamu jangan kemana-mana
yah. Nanti ikut abang ke Majalengka”.
“ngapain?” dia bingung
“udah pokoknya Ikut ajah.”
“wah bang nggak mau ah. Lagi musim anak
kecil diculik bang. Takut”
“….” Kampret dikira gue mau nyulik dia
apa. “nggak lah. Ngapain nyulik kamu. Nggak laku! Abang mau ajak kamu ikut
pelatihan menulis”
“oohhh.. lah terus aku ngapain bang
disana?”
Kayang!
“ya latihan nulis lah. Sekalian
jalan-jalan”
Besoknya sebelum hari Minggu, adek masih
penasaran dengan ajakan gue ini.
“bang disana nanti kita ngapain sih?”
“latihan nulis, Wan. Nanti kamu latihan
nulis disana”
“oohh..”
Gue rasa ‘oohh’nya dia ini sekedar
basa-basi doang sebenarnya dia nggak ngerti juga. Dan mungkin dia masih merasa
akan diculik.
Harus gue akui bahwa gue memang jarang
banget ngajak dia jalan-jalan. Mungkin bisa dihitung dengan jari. Bukannya
nggak sayang, tapi gue sendiri juga jarang jalan-jalan jauh. Makanya gue pengen
banget ngajak dia di tahun 2017 ini, ke tempat yang deket ajah dulu. Tapi gue
usahakan ajakan gue ini akan bermanfaat untuk dia, nggak cuman seneng-senang
belaka tapi dia juga harus mendapatkan sesuatu dari perjalanannya itu.
---
Hari yang ditunggu tiba. Gue bangun jam enam pagi. Agak telat bangun pagi, dan gue lihat adek udah nggak ada di tempat
tidurnya. Dia sudah start bersama
teman-temannya untuk olahraga. Itu kebiasannya, sementara kebiasaan kakaknya
ini, ya, bangun telat karena malemnya begadang. Padahal nggak punya pasangan.
Gue juga nggak ngerti kenapa gue maksain begadang padahal… yah udah aja lah.
Setelah bangun gue langsung mandi ajah,
soalnya acara mulai jam delapan. Takut telat karena perjalanan memakan waktu
satu jam. Setelah selesai semuanya; udah wangi dan sebagainya dan udah sarapan
juga. Tapi adek belum juga menunjukan batang hidungnya. Padahal waktu berangkat
tinggal beberapa menit lagi. Gue mulai khawatir, dia diculik. Tapi kayanya
nggak mungkin. Di orangnya ngeselin, penculik mana mau bawa-bawa dia.
Rencananya kalau memang adek belum juga
datang – padahal waktu udah mau jam tujuh lebih – gue akan berangkat sendirian.
Tapi rupanya kesabaran memang berbuah manis, setelah nunggu setengah jam, akhirnya
dia datang juga.
“gimana bang, jadi kan?”
“udah sana buruan lo mandi!”
Pakek nanya lagi, gue udah rapih,
siap-siap mau berangkat begini..
Mandi dan sarapan udah, dengan kecepatan sekitar 120 kilometer per detik, adek sepertinya bergerak cepat. Kami pun langsung
berangkat. Gue dan adek pamit sama bapak dan emak. Kami pun berangkat. Takut
telat.
Ada alasan tertentu kenapa gue mangajak
adek ke pelatihan menulis. Diantara alasan-alasan itu adalah, di rumah ada
komputer atau PC yang jarang banget dipakek. Sayang kalau nggak dipakek.
Sering sekali gue mengingatkan adek
untuk memanfaatkan komputer di rumah untuk menulis. Tapi karena memang adek
belum punya keinginan kuat dan gue juga nggak mau memaksa dia akhirnya komputer
tetap nganggur, sementara itu dia malah mainan komputer di warnet. Gue juga nggak bisa
menyalahkan, mungkin ajakan gue untuk menulis masih sekedar ajakan biasa. Harus
ada metode yang pas untuk mengajak adek.
Dan akhirnya gue gue pikir mending gue
ajak langsung ajah dia ke dunia kepenulisan. Untuk itulah gue ajak dia ke
workshop ini. Supaya dia tahu kalau menulis itu menyenangkan dan bisa
menghasilkan. Disamping memang ada prosesnya.
Ketika sampai di tempat gue langsung
masuk dan bertemu kang Dani Ramadan seorang penulis yang sudah mengeluarkan
tiga buku. Kang Dani ini owner Rumah Baca Asma Nadia di Majalengka. Sengaja
mengadakan acara tersebut dengan tujuan untuk berbagi. Kelas berbagi yang kang
Dani adakan, ternyata rutin setiap bulannya. Bulan ini adalah workshop
kepenulisan.
Gue kenal kang Dani dari facebook,
ternyata tidak disangka-sangka ada seorang penulis di majalengka yang sudah
cukup terkenal. Pekerjaan kang Dani juga ternyata sebagai seorang content writer. Ternyata beliau ini adalah
penulis professional.
Gue tahu acara ini kebetulan ketika itu
kang Dani posting gambar pamphlet acara workshop kepenulisan..
Worksop itu menghadirkan pemateri dari
Bandung yaitu mbak Lygia Pecintahujan. Seorang blogger, penulis dan social
media specialist (begitu katanya). Banyak ilmu yang gue dapatakan dari dia. Karena
mbak Lygia ini senior jadi ilmunya banyak dan semuanya ditumapain disitu. Masih banyak yang ingin dia tuangkan di ‘gelas kosong’ para peserta khususnya gue dan adek. Tapi
sayangnya waktunya nggak cukup. Untuk itu gue mencoba minta kartu namanya.
![]() |
Adek (Marwan) samiping kiri |
Acaranya sangat amat menarik. Gue merasa
nggak ada seupil pun kempuan gue dibandingkan dengan kemampuan mereka berdua
(teh Lygia dan kang Dani), bukan, bukannya gue minder tapi gue semakin ingin
belajar dari mereka. Karena itulah gue ikutan workshop ini. Untuk menambah ilmu
dan menimba ilmu dari sumur kang Dani dan teh Lygia.
Tujuan utama gue ikutan acara ini tentu
ingin menunjukan pada adek, ‘ini loh buktinya’ ada orang yang udah sukses
menulis dan mereka bisa menghasilkan sesuatu dari menulis. Dan dia bisa belajar
langsung dari mereka disitu.
----
Mengajak orang memang nggak gampang.
Tapi bisa dilakukan. Asal metodenya benar dan tidak memaksakan ajakan pada
orang lain. Gue mencoba membuat adek gue penasaran dengan menulis, melalui
kegiatan itu. Sekarang, dia mulai sadar dan mulai menanyakan tentang dunia kepenulisan
dan apa yang harus dia tulis.
Memang prosesnya lumayan lama dan nggak
instan. Untuk itu gue akan mencari metode lain untuk membuat dia lebih tertarik
sampai akhirnya dia menulis dan bisa menulis dengan keinginanya sendiri. Untuk seusia adek gue (anak-anak SD) modal
awalnya adalah ketertarikan. Untuk itu buat dia tertarik dulu. Setelah tertarik
baru gue akan memasukan materi menulis dan prakteknya.
Anak sekarang nggak bisa dipaksa. Gue
sendiri males kalau dipaksa-paksa, kecuali dipaksa nikah sama Ariel Tatum, gue berharap
banget ibunya Ariel maksa gue menikahi anaknya. Halah..
Gue berusaha untuk tidak memaksa adek
gue untuk menulis. Biarkan mengalir ajah apa adanya dan biarkan dia mencari
sendiri apa yang cocok untuk dia tulis. Alasan kenapa gue mengarahkan adek gue
untuk menulis, adalah sebagai bentuk keperdulian gue terhadap dia. Karena gue
sudah merasakan sendiri ketika kita punya kemampuan kita akan banyak dibutuhkan
oleh orang. Sukur-sukur kita juga bisa
menghasilkan sesuatu dari skill kita itu. Dan bisa menolong orang lain.
Yah, begitulah mengajak orang terdekat untuk melakukan kegiatan positif.
Gimana menurut teman-teman sekalian, apa ada teman, sodara atau keluarga sendiri yang susah diajak ke melakukan hal positif? Share dong..
Gitu ajah lah, sekian. Sampai jumpa di postingan berikutnya.
Yah, begitulah mengajak orang terdekat untuk melakukan kegiatan positif.
Gimana menurut teman-teman sekalian, apa ada teman, sodara atau keluarga sendiri yang susah diajak ke melakukan hal positif? Share dong..
Gitu ajah lah, sekian. Sampai jumpa di postingan berikutnya.
Bener mas, aku ya gk suka maksa gtu trutama sm adek. Kadang kalau yg di paksa, kadang marah. Seru itu wordshopnya ya, Mas. Dapet pegnalaman baru dan ilmu baru juga. Coba bisa ikut ya.he
BalasHapusTapi kalau mau belajar ttp bisa, setuju dengan mas Topik tidak isntan. Tapi proses dan suaha itu tidak mengkhianati hasil. Bukan begitu, Mas ? :)
Ehh, itu fotonya kasihan yang ngeblur, Mas. Tapi gpp, yang penting punya sendiri gak..wkwk
Keren banget ada event yang kayak gitu yaa :))
BalasHapusnah, sempet mau nanya, adeknya umur berapa, ternyata ada fotonya.
BalasHapusaku juga punya adik laki-laki, dia baru kelas 1 SMA. pengen banget rasanya liat dia punya ketertarikan sama dunia menulis. tapi ya itu, ngajaknya susah.. mau dipaksa ntar malah gimana-gimana lagi.
terus belakangan aku tau, dia lagi suka baca-baca buku komedi, kayak bukunya bang Alit Susanto gitu. dari situlah aku nemu celah.
aku coba beliin beberapa buku dengan genre komedi supaya dia lebih sering baca, siapa tau lama-lama dia juga kepengen nulis juga.
Ih ada acara itu... *_* seru banget.
BalasHapusAku pingin ikutan :(
Gara-gara sekarang ngeblog akhirnya gue jadi tertarik buat nambah skill menulis, pengen banget ikutan workshop menulis kayak gini. Sayangnya disini belom ada yg ngadain, padahal penulis dari Jakarta banyak, kalo ada yg bikin workshop kayak gini pasti seru deh
BalasHapusAku punya adik dan keponakan cewe ya seumuran adek lu gitu, SD.
BalasHapusTapi karna tinggal di lingkungan yg agak bebas bikin gue khawatir mereka salah pergaulan ..
Si gue mencoba merubah mereka dikit demi sedikit kayak pake jilbab, jangan pacaran, ya gitu gitu deh.
Intinya sih ajakanya jangan twrlalu dipaksa. Nanti bisa patah.