Menjelang maghrib, Sigit, Baginda dan
gue sedang terlibat sebuah obrolan ringan masalah kerjaan, karir dan tips-tips
seputar membangun usaha ala Baginda. Baginda adalah satu-satunya orang yang
paling berpengalaman diantara kami bertiga makanya dia jadi orang yang paling
banyak ngomong dan memberi kami saran dan masukan. Patut dimaklumi juga kalau
dia banyak bicara karena notabene dia adalah seorang pengacara.
Selain sebagai pengacara dia juga
seorang business men tapi menurut gue
dia orangnya humble walaupun dengan
segudang pengalaman yang dia punya, hal tersebut terbukti ketika dia mau-maunya
sharing sama dua mahluk kurang
pngalaman macam gue dan Sigit.
Gue dan sigit banyak belajar dari
Baginda, yang paling menarik dari sekian obrolan kala itu adalah tentang
penampilan. Sebagai seorang pengacara, dia tahu betul betapa penampilan itu
sangat amat penting, dan dia selalu mengusahakan untuk berpenampilan rapih
apalagi kalau dia bertemu klien: entah itu klien bisnis atau klien advokasi.
Baginda bilang “lo harus menghargai diri
lo sendiri dengan cara berpakaian rapih dan benar, kalau lo udah bisa
menghargai diri sendiri bukan tidak mungkin orang lain juga akan menghargai lo”..
“gini deh gampangnya kalau gue pakek
kaos biasa, celana biasa atau koloran terus gue datang menangani perkara apakah
klien gue bakal percaya sama gue? Mungkin dia bilang ‘lo mau ngomongin pasal,
perkara dan membela gue cuman pakek kolor doang, gue nggak percaya’. Kita akan
dianggap tidak berkompeten hanya karena dilihat dari penampilan, bisa jadi kita
diusir”.. lanjutnya.
Gue diam dan memperhatikan. “orang Indonesia
hampir semuanya melihat orang dari tampilan dan dari fisik, kita nggak bisa
menyalahkan itu atau bilang ke semua orang untuk tidak menjadi seperti itu. Yang
kita bisa adalah mensiasatinya dengan
cara memperbaiki penampilan kita. Itulah makanya kenapa ada pengacara walaupun
dia naik angkutan umum dia selalu bawa koper atau tas untuk tepat jas dan
celananya, ketika turun dari angkutan umum dia langsung ke toilet dan ganti baju. Supaya kelihatan rapih. Itulah
siasatnya” lanjut Baginda diikuti dengan anggukan kedua mahluk kurang
pengalaman.
Selain pengalamannya yang dia ceritakan
kebetulan Baginda juga punya paman dan dia menceritakan pengalaman pamannya
yang berhubungan dengan penampilan.
“kenapa gue bilang penampilan penting,
karena penglaman om gue yang seorang bisnismen membuktikan itu. Dulu dia
usahanya maju dan bisnisnya lancar tapi suatu ketika dia bangkrut sampai
tinggal mobil butut dengan sedikit penyok di bagian bodinya. Kemudian dia
datang pada teman-temannya yang masih berjaya bertujuan presentasi bisnis untuk
membangun bisnisnya kembali. Tahu apa yang mereka katakan sama om gue ketika dia
sedang bicara nilai bisnisnya yang ratusan juta sampai milyaran? Mereka bilang ‘ahh
elu ngomongin ratusan juta mobil lo ajah masih butut..”. sakit nggak coba
digituin?”
Dalam hati gue sedang menahan amarah,
tapi gue cuman manggut-manggut doang. Separah itulah kebanyakan orang
Indonesia, selalu menilai orang dari penampilan. Tapi dari situ gue banyak
belajar. Gue nggak bisa juga menyalahkan mayoritas yang masih berkiblat pada
sebuah penampilan ketimbang melihat apa isinya dan kemampuannya. Yang gue bisa
lakukan adalah seperti kata Baginda tadi ‘mensiasatinya’.
Pepatah “don’t judge book by its cover” pun hanya berlaku ketika kita sudah
sadar bahwa ternyata kita telah salah menilai orang lain hanya dari penampilan.
Artinya pepatah itu sebenarnya membuktikan bahwa ada banyak orang yang selalu menilai dari penampilan di awal
mereka bertemu orang dan kemudian munculah pepatah itu untuk menasehati
orang-orang yang ternyata telah salah.
Nggak semua orang yang berpenampilan
kurang baik itu tidak mempunyai kompetensi. Bahkan banyak orang yang
berpenampilan biasa-biasa saja sangat berkompetensi di bidangnya. Almarhum Om
Bob Sadino misalnya yang sangat berkompeten di bidang entrepreneur walaupun dia cuman pakek celana pendek dan kemeja
lengan pendek. Tapi kita juga harus sadar kita dan om Bob mah jauh. Kita harus memperhatikan
penampilan, untuk menjaga kepercayaan orang lain. Mensiasati keadaan.
Kalau nggak mau di judge orang lain cuman dari tampilannya saja, ada baiknya mulai lah
berkaca pada diri sendiri, judge lah diri
sendiri, mungkin sudah saatnya kita memperbaiki tampilan atau penampilan. Kita nggak
bisa nyuruh orang untuk selalu bersikap seperti apa yang kita mau terlebih dia
adalah orang yang tidak kita kenal sama sekali. Maka kita lah yang sebisa
mungkin memperhatikan penampilan. Nggak usah susah-susah yang penting rapih dan
wangi itu juga udah cukup, kalau memang mau ketemu sama ‘orang besar’, ya, kita
usahakan berpenampilan dengan baik.
So,
judge yourself if you don’t want to judged by your cover..
Kayaknya kita harus mulai aware sama penampilan. Karena walaupun
wajah kita nggak ganteng-ganteng amat penampilanlah yang akan banyak menolong..
hehe. Segitu ajah dari gue, semoga banyak manfaatnya. Silahkan komen di bawah, katakan
apa yang ingin kalian katakan dan share
artikel ini kalau bermanfaat. Bye!
Ini tu, sering banget terjadi dalam kehidupan gue, bg. Setiap gue melamar pekerjaan, gue selalu mendapat nilai lebih dari segi penampilan. Dan tentunya segi lainnya gue dapet lebih.
BalasHapusTapi, kesan pertama (khususnya di Indonesia) memang mayoritas masih menilai penampilan. Karena, gue pernah pertama mengantar lamaran cuman pake sendal dan ada mengantarnya pake pakaian rapi plus sepatu dan wangi.
Sangat bertolak belakang. Padahal, kalo dpikir itukan masih baru ngantar berkas lamaran, tapi ternyata sudah masuk ke penilaian.
Hanya saja, gue kalo ketemu temen-temen emang nggak suka terlalu wah atau gimana. Ya, simple aja, yang penting rapi. Karena, banyak temen gue (sok) berpenampilan lebih, padahal aslinya nggak gitu. XD
Ya, pokoknya setuju sama pendapat bg Tofik. Harus mulai lebih Aware sama penampilan. Karena, gue pernah tembus kerjasama besara, ya karena penampilan. Dan barulah kemampuan kitanya ditunjukkan.
Sharing pagi yg bermanfaat bg.
iya ru penampilan sungguh sangat menolong, jangan mengabaikannya :))))
HapusSo, judge yourself if you don’t want to judged by your cover..
BalasHapusIya ini semacam harus introspeksi diri.
Aku tau mau komen soal om bob, eh ternyata sudah dibahas diatas.
iya bener sekali!!!
HapusJaman sekarang emang kayak gitu bang.
BalasHapusjaman dul juga sih.
Orang-orang selalu menilai dari segi penampilan.
Pas di SMK dulu gue juga di ajarin tata cara berpenampilan yang menarik..
ya walauun penampilan bukan modal utama,
tapi bisa jadi nilai plus :)
iya makanya penampilan kita harus dibenerin, supaya nggak dinilai rendah sama oraang lain. minmal rapih lah
HapusPepatah "jangan menilai buku dari covernya" itu sudah menjamur di Indonesia raya ini bro.. Tapi, jika abang mau ke UNS fakultas seni khususnya, disana bener bener kalian menemukan jika pepatah "jangan menilai buku dari sampulnya" itu sudah tidak berlaku. Yap, sekarang zamannya penampilan, fisik harus dilihat. Seperti halnya pramugari dan pramugara yang fisiknya dinomor satukan dalam perusahaanya..
BalasHapusOh ya, sekedar kritik aja bang, tulisanmu dibikin yang lebih mudah dipahami aja yah.. atau ane doang yang kurang 'nge feel' aja apa yak?
iya nanti gue bikin versi yang mudah dimengerti oleh orang yang seperti elu Yon
HapusPersonal branding gitu ya termasuk di dlmnya penampilan. Setuju sih, penampilan poin yg penting untuk kita perhatikan. Klo di awal sdh meyakinkan minimal orang pasti tertarik. Baru setelah itu skill n karakter kita yg berperan bnyak.
BalasHapusPenampilan dipi ga tau nih kyk gmn, udah emak emak skrg mah... Hahaha
yang penting rapih sih teh dipi
Hapusudah problematika klasik sih yak nilai orang dari cover. Bahkan nggak jarang aja orang di remehin gara2 cover. tapi masalah berpakaian emang bener sih, orang yang pake baju rapih kesannya kayak lebih beretika daripada baju nggak rapih. padahal nggak selamanya gitu juga ya..
BalasHapusiya yang penitng kita pakek baju yang lumayan rapih ajah udah bisa membenahi penampilan kita Jev
HapusPenampilan emang yang bisa dilihat pertamakali oleh orang lain yang belum kita kenal. Jadi berpenampilan rapi dan sopan itu penting kalau kita mau ketemu sama orang baru misalnya.
BalasHapustepat sekali bung Ahmad
HapusGa cuma di Indonesia, di seluruh dunia juga, orang akan menilai kita dari penampilan pada saat belum kenal sama kita. Tapi ya kalo dari awal liat penampilan kita aja udah ilfil, udah pasti dia ga akan mau kenal lebih dalem sama kita wkwkwk. Makanya, kesan pertama itu penting. Kecuali lu punya karisma yg super hebat, mau ga mau ya lu harus kasih kesan pertama yg baik lewat penampilan. Sesimpel itu.
BalasHapusiya modelan kayak gue mah yang belum mempunyai karisma ya harus sadar penampilan si bang menurut gue hehe
Hapus"Jangan menilai seseorang dari penampilan" kata-kata ini pasaran banget, karena yang terjadi adalah, orang-orang tetap menilai orang lain dari penampilan.
BalasHapusTemen gue pernah bilang, "jika lu berpenampilan baik, aura lu juga akan baik"
ya, kita harus aware sama penapilan lah
HapusGw prnah mndengar pngacara besar di Indonesia (gw lupa namanya siapa) katanya pakaian dn penampilan itu adalah cara mnggertak lebih dulu sebelum menunjukkan skill kalau ktemu dngan seseorang supaya mereka tidak menilai kita rendah dimata mereka. Yg ini lumayan masuk akal juga sih...
BalasHapusBnyak orang yg sepakat bhwa pnampilan adalah cara untuk menilai orang sebelum mngenal nya lebih jauh. Dn sperti kta bg tofik, "Kayaknya kita harus mulai aware sama penampilan. Karena walaupun wajah kita nggak ganteng-ganteng amat penampilanlah yang akan banyak menolong" gw makin tambah setuju :)
iya pengacara mah emang sadar betul akan penampilan Han..
HapusYaps... indonesia masih banyak menilai dari segi penampilan luar.
BalasHapusKlo gue bener kata lo tadi, minimal rapih dan wangi. Klo soal pakaian atau lainnya kadang gue acuhkan sih, kecuali klo ada acara-acara penting. Lebih penting lagi, gue nyaman sama apa yang gue kenakan. :))))