“Setiap orang harusnya belajar
jernih atas dirinya sendiri.”
Cak Nun
Tempo hari gue bertegur sapa di sosial
media dengan seorang perempuan yang
skala waktu bertemunya sudah hampir sepuluh tahun yang lalu. Memang aneh kami
masih saja bisa menjalin komunikasi dan selalu ada jalan untuk berinteraksi
satu sama lain. Kami selalu memulai percakapan dengan hal yang sederhana.
Seperti mengomentari update status yang kami buat, bukan di kolom komentar tapi
lewat fitur chatting di media sosial berwarna biru.
Waktu itu dia ngasih tahu gue, ada blog competition yang diselengarakan
oleh Gramedia untuk memperingati hari Bumi (kalau nggak salah). Yah dia mulai
ngechat gue duluan, padahal gue sebenarnya sedang merajuk karena tempo hari
chat gue dibiarkan begitu saja olehnya. Tapi apa daya, gue nggak tahan dan
akhirnya memutuskan untuk membalas.
“ikut sana pik” chatnya disertai gambar
semacam pamphlet kompetisi blog.
“aku pengen ikut kamu ajah” jawab gue
ketus.
Kami pun berbalas chat menanyakan kabar
dan sebagainya sampai tiba-tiba dia bilang “sekarang tofik
jago modus ni keknya”.
SHIT!
Gue nggak perlu modus kalau ceweknya elu..
-_-
Gue agak gimana gitu
karena disangka modus padahal dia yang ngechat gue duluan. Tapi anehnya tetap
gue balas. Dialektika perasaan semacam ini mirip
orang yang sedang menjalin kasih. Tapi percayalah dibalik chat yang dia kirim
ke gue barusan hanyalah tegur sapa biasa, dan gue tahu ada seorang laki-laki
yang dia sayangi dengan tulus.
Gue juga nggak berharap apa-apa –
semacam hopeless. Gue pun membalas chat dia karena nggak ada cewek yang
bisa gue ajak chattingan. Sekedar chattingan, apalagi cewek yang bisa
diajak ngobrol dan ketawa dan ngetawain kegilaan masing-masing. Duh ini malah
curhat..
Inisiatif dia ngasih tahu lomba blog ke
gue karena dia tahu kalau gue suka nulis dan suka ngeblog. Mungkin dia juga
bagian dari blog gue dengan menjadi silent
reader. Dia silent reader yang nyata dan kelihatan tapi nggak bisa
dipacarin. Mungkin dia juga korban tulisan gue yang nggak jelas isi dan
substansinya. Sempat dia membuat menit-menit dalam hidup gue bahagia dengan
sekedar menunggu balasan chat. Padahal gue tahu nantinya chat gue akan dia
abaikan lagi.
Tapi kali itu rupanya obrolan kami agak
panjang bisa dibilang tebakan gue meleset – sebab musababnya karena ada injury time – tapi gue masih yakin nanti
chat itu akan di abaikan lagi. Yang
membuat chatting diantara kami
berlangsung lama adalah obrolan tentang bagaimana seorang wanita di balik layar
monitor nan jauh di sana itu ternyata masih belum tahu akan jati dirinya.
“kerja atau gimana di Jakarta?” tanya
gue antusias.
“Cari jati diri. Sama
cari jodoh.” Jawabnya.
Semoga
jodohnya gue…
Gue kira gue doang yang
mengalami fase ‘masih’ mencari jati diri. Ternyata gue nggak sendirian. Sejak
saat itu juga gue balas chat dia dengan sotoy kalau mencari jati diri itu emang
penting. Kalau kita nggak tahu diri kita siapa, gimana mau menjalin hubungan
dengan serius. Keseriusan itu, kan, karena adanya kedewasaan, kematangan dalam
berpikir dan bertindak juga dalam mengetahui diri sendiri – tahu sebenernya mau
apa sih gue ini dan mau ngapain gue hidup di dunia ini.
Bukan hanya sekedar
sotoy. Tapi belakangan ini gue tahu apa yang mesti gue perbuat dan mesti
ngapain gue kedepan. Berkat bimbingan orang-orang yang sudah menjalani hidup
sekian lama dengan berbagai pengalamannya. Gue diarahkan, dikasih tahu dan dikasih
wejangan-wejangan. Gue juga dikasih tahu kalau gue ini life path numbernya ‘9’ (sembilan). Bay the
way, orang yang ngasih tahu gue itu punya keahlian membaca arah hidup
seseorang berdasarkan nama dan tanggal lahir. Dan angka sembilan dalam ilmu
Numerology berarti gue ini orangnya …….. *rahasia. (Gue nggak mau disebarluaskan disini
dikhawatirkan muncul di acara gosip)
Intinya, senggaknya gue
tahu gue ini siapa dari metode Numerology tadi walaupun pencarian jati
diri harus tetap dilakukan terus menerus,
lebih luas, dan lebih dalam lagi.
Sebenenrya gue juga mau
kasih tahu ‘teman lama’ gue itu – apa yang gue tahu tentang dia dengan membaca
nama dan tanggal lahirnya – tapi karena
chat gue nggak dia balas apa mau di kata. Dan tebakan gue pun memang kejadian.
Chat itu membeku.
---
Di usia 22 tahun ini
ada banyak hal yang membuat gue kurang paham dan gue yakin suatu saat gue akan
memahaminya seiring berjalannya waktu. Kayak dulu, gue nggak paham kenapa Tuhan
bikin masalah besar terhadap hidup gue, sampai-sampai gue dibuat frustrasi.
Mungkin kalau nggak Tuhan membuatnya seperti itu akan sulit sekali untuk gue
berfikir dewasa, memahami masalah dan
bisa menyelesaikan masalah.
Gue juga yakin ada banyak
orang di usia yang sama di luar sana, kebingungan akan dirinya sendiri. Perlu
lah berfikir seperti ini – menanyaakan diri kita ini siapa – karena itu juga
yang akan menentukan arah kita kedepan. Kayak gue sekarang setelah lulus kuliah
mulai timbul pertanyaan ‘mau ngapain?’ tapi gue udah tahu dan sudah membuat
beberapa jalan untuk gue tapaki setelah fase lulus kuliah. Karena pertanyaan
itu sudah muncul sebelum gue lulus..
Baguslah jika memang sudah memantapkan bakal ngapain. Inget ya Fik, barengi sama doa. Kan seberapa hebat manusia berrencana, Allah juga yang meluluskan atau tidak meluluskan rencana tersebut. Bukan begitu? [benerin peci putih, ehem!]
BalasHapusMau ngapain?
BalasHapusNGapain ya bg? Gue juga udah kejawab bg. Setidaknya akan ada banyakfase selanjutnya yang akan gue lewati. Memang, urusan pertanyaan ngapain setelah kuliah harus bisa jawab.
Ya, logisnya sederhana. Kuliah udah kelar. Mau ngapain? Kuliah lagi atau nganggur? Paling nggak pertanyaan kek gitu bakalan muncul.
Apapun itu, semoga semuanya mendapatkan yang terbaik. Amin...
Gue juga banyak mikir harus gimana kedepannya.. Tapi ya pada akhirnya jatidiri itu datang sendirinya seiring waktu yg gue lewatin..
BalasHapusItu ngarep bgt ke temen lama? Seet dah..
Iya gue juga gtu -_#
Mw dong nama saya sama tanggal lahir saya dibaca
BalasHapusSupaya pas ngarahinnya
.
Keren y bisa baca kyak gitu orangnya
Pake primbon2 gitu kali y?
.
Oke bang, apapun yang lo lakukan semoga menjadi yang terbaik.
BalasHapusFase jati diri hanya kita yang tau dan arahkan kemana kita mau. So berjuanglah,
Ya Jati diri. DIri yang kuat sekuat pohon jati.
BalasHapussalam
ezypulsa ezy jualan pulsa
Waduh....piye iki, aku gak pernah mikir mau ngapain...
BalasHapusjalanin aja yang ada dulu... ahahahahhahahahkkk...
ikuti arus yang mengalir...
Chat yang biasa, Tapi entah kenapa lu kayak seneng ngebalesinnya ya Pik.. makanya jadi panjang obrolannya..
BalasHapusBtw.. emang kadang kita ngalamin masalah yang sangat pelik dan kronis. Sampe ngerasa dunia Ini gak adil.. setelah dipikir2 ada banyak hikmah yg bisa diambil.
Gue jadi penasaran sama pilihan hidup lo Pik.. mau berkarir jadi guru atau karyawan kantoran, atau sesuatu yg lain yg gak kepikiran sama gue~