Bukan mereka yang berbaring di dalam
tanah dengan nisan betuliskan 'pahlawan' atau tokoh dalam komik, televisi, bahkan
di layar lebar yang sering kulihat di flyer-flyer mall mewah yang menjadi
pahlawan untuk kehidupan yang aku jalani sekarang. Melainkan aku sendiri lah
pahlawannya.
Bahkan dia yang sekarang menginjak kepalaku di dasar lantai tanah,
keras, bergelombang berwarna cokelat sekitar halaman rumah reot berukuran gubug
sawah yang lumayan mewah, juga bukan siapa-siapa kecuali hanya wanita durhaka, sampah dunia
yang ingin segera ku buang karena baunya yang menyengat.
“BANGSAT KAU!” dia muntab dengan mata
yang hampir saja keluar seutuhnya. Kakinya masih saja di atas kepalaku seteleh
dia memukul dengan tenaga setannya hingga aku tersungkur jatuh di dasar tanah.
Sambil mengerang kesakitan. Sakit seluru jiwa dan ragaku, aku hanya bisa
melempar janji agar segera selesai penderitaan ini untuk beberapa saat.
“aku hanya bisa membawa ini buk. Nanti
malam aku akan kembali ke lampu merah dan mendapatkan lebih banyak uang”
Dia masih menaruh kakinya di atas organ
tubuh yang paling berharga bagi manusia, bagiku juga tapi tidak baginya. Sesekali asap dari
mulutnya tak pernah keluar ketika megisap rokok. Kuduga dia menelan seluruhnya.
Mungkin itu juga yang membuatnya berprilaku seperti setan.
“kau selalu pintar membuat alasan yang
tak pernah kau kerjakan, bajingan kecil”
Aku tak bisa berucap apapun, aku lemas.
Belum ku isi perut ini sedari pagi.
----
Tak pernah aku sebahagia ini ketika aku
berhasil membuat seorang nenek menyebrang dan memakan nasi yang aku beli untuk
sarapan pagiku. Di pojok toko sebelah lampu merah ramai orang berlalu-lalang,
nenek itu berteriak dengan lambayan tangannya dan dengan suara seadanya karena
tergerus usia. Tak ada yang perduli. Sedemikaian terkikis kah jiwa kemanusiaan
manusia di zaman sekarang. Tergambar di pikiranku seorang perempuan yang sering
kupanggil ibu yang sering pula menginjak kepalaku. Apa bedanya mereka semua dengannya.
Mungkin bedanya mereka semua tidak menginjak kepalaku saja.
Ibunya jahat bangeeet.. ini jangan jangan fenomena pengemis jalanan masa kini.
BalasHapusTapi dari ceritanya, he's or she's a truly hero karna bahkan dia belum makan tapi... rela.. beliin nenek nenek di jalanan
Iya fenomena macam itu lah
HapusFenomena yang masih ada sampe sekarang nih, pik. mempekerjakan anak untuk meminta-minta dengan santai ibunya tunggu dari kejauhan, kadang mengepalkan tangan dan diacungkan tinggi-tinggi jika anaknya bermalas-malasan. Kampret emang ya. semoga nyambung, haha
BalasHapusMenjadi pahlawan tidak melulu harus kayak power ranger atau ultraman. Cukup mengembalikan dompet yang terjatuh dari salah satu pengendara motor. Pahlawan juga bukan?
BalasHapusCertinya agak misteri, tapi kayaknya ini bener2 menyinggung permasalahan sosial yg dri dulu blm bsa diselesaikan
BalasHapus