[Sebelumnya disini]
Setelah berdoa dengan hikmat. Dengan pula keluar asap dingin dari mulut kami berenam ketika kami mengucuap amin. Kami berangkat..
Banyak
sampah berserakan di sekitar tenda kami. Padahal semalam gue dan bang Deni udah ngerapihin
sampah, tapi apa daya babi hutan bikin semua jadi berantakan. Kami
kumpulkan kembali sampah di tempat kami bikin tenda. Peraturan yang paling ketat di Ciremai
adalah nggak boleh ninggalin sampah yang kita bawa dari bawah maupun saat kita
mendaki. Jadi sampah itu dibawa lagi ke bawah.
Gilak
men, bawa sampah dari atas ke bawah. Lo udah kayak mobil dinas kebersihan
kabupaten turun gunung. Cuman gue berfikir, mungkin sampah yang kita bawa nanti adalah
cerminan dosa-dosa atau kesalah-kesalahan yang selama ini kita perbuat di dunia. Coba deh bayangin, kita
sekarang masih hidup pasti pernah bikin dosa atau pun kesalahan yang disengaja maupun
tidak, dan itu semua akan dibawa ke akhirat nanti *benerin sarung*. Sama
kayak sampah di gunung Ciremai ini. Ketika lo nyampah, sampahnya HARUS lo bawa
lagi ke bawah.
Filosofis
banget gue.
Sampah,
kami tinggal dulu di bawah. Biar nanti pas kami nyampe puncak dan turun
ngelewatin tempat bikin tenda tadi, kami akan ambil sampahnya. Kami pun cukup
yakin untuk ninggalin sampah di bawah soalnya nggak mungkin ada yang berani
ngambil. Sampah siapa yang mau? pikir gue dalam hati. Kalau kami ninggalin BH Aura Kasih, mungkin
banyak yang rebutan.
---
Langkah
demi langkah, kami sampai di pos lima, karena tenda kami nggak jauh dari pos lima. Dan
kurang ajarnya di pos lima masih ada yang kosong. Tahu gitu kami bikin tenda
di sini ajah, biar rame dan banyak temen juga. Pos lima kami lewati, dari
kejauhan rupanya ada yang udah duluan muncak, kelihatan dari head-lamp yang para pendaki pakai yang memancar dari kejauhan, dan
tentu dengan teriakan yang ngeselin.
“WHOIII,
GUE UDAH NYAMPE ATAS BENTAR LAGI NYAMPE!!”
Bodo
amat! Gue masih di bawah. Kampret.
Di
jalan kami bertemu pendaki lain, ada anak-anak SMP atau mungkin SMA yang
mukanya kayak anak kuliahan karena kedinginan. Mereka banyakan berhentinya
ketimbang naik. Sama kayak tim kami. Hehe..
Baru
lima belas menit kami berjalan si Indra mulai kecapean. Wajar ajah dia capek,
dari pulang kerja langsung naik gunung. Mungkin kalau itu gue, udah ambruk. Dan
beberapa kali dia berhenti untuk mengambil napas. Sampai akhirnya Indra mulai
pusing. Gue nyaranin dia berhenti beberapa menit, gue pun menyuruh yang lain
duluan ajah. Bang Deni, Fajar dan Ugis pergi duluan. Agi dan gue nunggu Indra
tenaganya pulih.
“masih
kuat lo Ndra?”
“ma-ma-masih…”
---
Setelah
lama kami istirahat, gue saranin Indra nggak bawa tas carrier. Tasnya gue yang
bawa, gue jadi bawa tas dua. Lumayan itu ngurangin beban dia. Alhamdulilah
tenaga gue masih banyak untuk sampai puncak dengan dua tas. Kami jalan dengan
pelan. Sengaja, untuk sampai ke puncak nggak harus lari, karena nggak mungkin
juga lari di puncak dengan tenga yang udah empot-empotan. Setiap lima menit
sekali kami berhenti, Indra mulai membaik. Dan semakin membaik ketika dia boker
lagi. beneran. Dia boker lagi. Di tengah menuju puncak. Kampret banget. Waktu
mungkin udah nunjukin pukul 5 pagi, tapi kami masih sedikit jauh dari puncak.
Setengah
jam kami bertiga berjalan. Jalan terjal dan pohon-pohon yang mulai mengecil
menandakan puncak akan segera kami lihat.
Did you know, the sun began turned it up. And it was so beautiful! Warna jingganya
mulai kelihatan, dan kami semakin mempercepat langkah.
“KEREN”
kata gue “ayo buruan”
“bentar
gue cape nih” timpal Indra.
“iya
kasian si Indra” Agi mencoba belain Indra, padahal dia sendiri juga sebenernya
capek. Kalian lelaki lemah. Hahaha.. gue ketawa dalam hati.
“yaudah
kita santai ajah, nggak papa nggak lihat sunrise
asal nyampe puncak dengan selamat senotsa. Bila perlu ngesot-ngesot deh
kita sampai puncak” gue mencoba bijak diatara dua lelaki lemah itu.
“oke”
kedua lelaki lemah kompak, setuju. Lagi-lagi gue ketawa dalam hati.
Kami
nggak bisa lihat sunrise tapi masih
bisa lihat pancaranya yang sungguh keren dan indah banget. Gue semakin kagum
sama Allah. Setelah melhat pelangi yang
melengkung indah, di atas awan yang bergerumul. Gunung-gunung di sekitar
kelihatan semua. yang nggak kelihatan mantan-mantan gue doang.
Di
tempat datar kami bertiga istirahat, duduk-duduk menikmati awan yang berada di
bawah tanah yang kami injak. Embun-embun menempel pada dedaunan, dari situ ada
burung – entah apa nama burung tersebut – dia meminumnya. Melihat burung itu minum
dengan segarnya, gue jadi ikutan haus. Menikmati mentari pagi yang menerpa
wajah dan tas kami yang basah karena embun, sesekali kami berbagi air minum
yang tinggal satu botol.
“sebelum
naik lagi, kita foto dulu yuk. Viewnya bagus!”
“boleh-boleh!”
Kami
pun narsis walaupun ketinggalan sunrise.
Sempet ada orang pacaran di belakang kami. Yang
gue heran kenapa di tempat setinggi ini masih ada ajah orang pacaran. Kurang ajar
banget. Nggak menghargai orang yang naik gunung karena pengen lupain mantan,
atau mereka yang diselingkuhin pacar. Eh sampai sini ada pemandangan yang
nyolok mata sama hati. Perih..
---
Puncak
udah di depan mata. Bang Deni dan kawan-kawan yang duluan, akhirnya kesusul
juga. Lebih tepatnya mereka nungguin kita bertiga. Mereka melambai-lambai.
Indra pun membalas lambaiyan tangan mereka di atas dan dia bilang “whooi potion
gue dong!”.. dengan niat menolong orang yang lemah Fajar pun fotoin Indra dan
dia bergaya bak model. Padahal di bawah dia ngos-ngosan dan udah boker lagi,
mungkin sisa ampasnya masih menempel diantaraa selah-selah celana dalamnya. Udah
jangan dibayangin.
Lima
belas menit. Kami berenam nyampe puncak. Dan Indra segera sujud. mungkin kalau
ada mushola dia bakal sholat juga. Sayangnya wc ajah nggak ada. Jadi sujud
ajah. Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan dan mengagumkan. Ciremai
berhasil kami daki. Gue menemukan pelajaran lagi, banyak malah. Mungkin di
bawah ini beberapa ajah:
Banyak dari kita (mungkin gue juga), kadang suka sombong. Menyombongkan apa yang kita punya. Padahal itu nggak ada apa-apanya. Hal itu benar-benar gue sadari ketika gue sampai puncak gunung. Semuanya kelihatan kecil. Yang pantas sombong itu cuman Tuhan. Bukan manusia. Pokoknya kalau udah sampai puncak gunung lo bakal sadar dan bilang “gue nggak berhak untuk menyombongkan diri”.
Gue juga sadar kesuksesan akan kita capai dengan usaha, tenaga, uang yang nggak sedikit. Kayak usaha untuk sampai puncak gunung Ciremai ini, kami melaluinya dengan rasa lelah, haus, lapar dan kadang pengen boker. Kayak si Indra. Nggak mudah, seperti yang dibayangkan. Nggak ada sukes yang instan men. Semuanya harus cape dulu.
Setelah
menyimpulkan pendakian, dan mendapatkan pelajaran. Nggak mau kehilangan momen
langka kami pun foto-foto. Hampir empat jam kami di puncak melihat awan yang
menerpa kami sambil ngobrol-ngobrol, melihat kawah gunung Ciremai, melihat
pendaki lain foto-foto dan nggak ketinggalan melihat orang pacaran. Rasanya pengen
banget gue jorokin mereka berdua ke kawah, tapi gue nggak mau ngerusak momen
bahagia yang mereka susah payah ciptakan. Semoga sampai bawah mereka putus. Amin…
Ini dia tukang boker |
“kita
turun yuk, udah mulai panass nih. Kata Agi dan kang Deni.”
“yuk..”
Banyak
hal yang gue dapatkan. Tentang pertemanan, tentang kehidupan dan lain-lain.
Salah satu yang paling nempel di benak gue adalah naik gunung itu mengajarkaan kita untuk terus berusaha mencapai puncak walaupun
dengan cara merangkak.
Semoga
kita berenam dipertemukan kembali dan bisa naik sama-sama lagi, dengan gunung
yang sama ataupun gunung yang berbeda. Dan semoga video yang Fajar ambil di
puncak bisa cepet selesai di edit.
Love
you all guys!
itu bukan gw loh bang yang pacaran di atas gunung, suer beneran
BalasHapus.
oh itu toh tukang bokernya
sebungkus bokernya berapaan bang?
iye nggak mugnkin lo, lo pan jomblo -_-
HapusNgakak tuh si Indra boker mulu. Masa naik puncak efeknya boker~
BalasHapuskarena sikonnya dingin mungkin dia mules rip
HapusGila.. baca artikelnya sama banget efeknya pas baca novel 5cm. Duh kapan bisa muncak
BalasHapusahh lebay lu
HapusCieee akhirnya bias naik gunung euy Kapik. Serunya naik gunung gitu ya, sama yang gak kenal pun bisa jadi akrab gara-gara seperjuangan. Huhu aku pengin naik gunung masih juga belum kesampean. Baca postingan kamu jadi makin ngenvy kaaan...
BalasHapusDih, itu beneran ada babi hutan Kak? Ngeri banget lah mana kalian cuma bertiga doang di situ. Nggak ada temen karena (((katanya))) pos 5 penuh. Terus caranya biar nggak diseruduk gimana Kak? Biar dia pergi dan nggak macem-macem gitu.
Filosopi terakhir kena, ya. Puncak harus diraih meskipun harus sampe merangkak-rangkak.*langsung revisi naskah*
yang belum naik pelaminan ajah wi, cariin akau cewek buat diajak naik hahaha
HapusSkripsi dulu kelarin ah.
Hapusmantep pik ciremai, gue paling jauh pulosari pandeglang haha
BalasHapusjarang-jarang loh ada temen yang mau minjemin sepatunya kayak gitu pik, solanya gue ngalamin, minjem sepatu dan gak dipinjemin, banyak alesan gitu.
setuju tuh pik, makin tinggi kita melangkah, pasti makin tunduk wajah kita dihadapan pencipta. kalau buat si indra, makin tinggi kaki berpijak, makin gabisa dia nahan boker hahaha
oh iya, baru nyadar. ternyata si indra itu emang abis kerja yak. hmm....
BalasHapustapi abis kerja emangnya jdi mendadak doyan boker gtu yak? gue belom pernah dger. baru tau juga.
baca ginian jd semangat buat naek gunung, sambil bawa pacar. wah, songong banget gue. pdahal katanya ga boleh sombong kan yak. sayang bnget, ga dapet fto sunrisenya, fik. pdahal penasaran jga pengen liat, klo dari gunung itu, dpet viewnya kayak apa.
oh iya, itu pas turun pulang, ga pake nginep'' gtu kan ya brrti, fik?
wah taun baruan di ciremaii :D
BalasHapusBantu jawab mas fauzi : Mas harus liat sendiri view nya, belom pernah berdiri diatas awan atau liat negeri diatas awan kan? that's awesome :D
BalasHapusKalo turun nya cuma 5 jam mas ga pake camp lagi
Gokil tuh bajunya "Tuhan bersama petualang sejati" :))
BalasHapusBaca soal yang bawa sampah, jadi inget gue dulu pas kuliah praktek ke hutan. Malah kita ke sana gak bawa sampah, turunnya bawain sampah orang-orang. Hahaha. \:D?
Ya ampun so sweet banget bawaain sampah turun.
BalasHapusGue ngebayangin naik gunung bawa tas karir tuh rasanya gimana? Gue aja naik gunung cuman bawa badan doang udah keok, sampe puncak mata gue digigit serangga lagi, ya nasib..
berapa mdpl itu bang ?? keren-keren banget fotonya. Dan itu wajib tuh, bawa sampah ke bawah.
BalasHapusJangan meninggalkan sesuatu, kecuali jejak.
jangan mengambil sesuatu, kecuali gambar.
jangan membunuh sesuatu, kecuali waktu.
tiap naik gunung pasti inget itu terus. Keren ! Save Green !
Indah uyyy..hehe
BalasHapusbener2 filosofinya keluar banget dah. Alam memang harus kita jaga. Klo bukan kita sapa lagi, klo bukan sekarang kapa lagi? Pas lo udah tua terus lo inget sampah lo gitu, and lo naik gunug dengan keadaan menyedihkan? gak mungkin kan... hehe
Terus jaga bumi indonesia!!
Okeeeeeeeeeh. Gue iri, Bang.
BalasHapusKarena gue belum pernah mendaki sama sekali. Ada sih rencana maret ini mau mendaki. Doakan semoga nggak gagal lagi rencana gue kali ini.
Qoute terakhirnya sedap, Bang. naik gunung itu mengajarkaan kita untuk terus berusaha mencapai puncak walaupun dengan cara merangkak.
Mungkin, quote itu bakalan gue pake kalau rencana gue di bulan maret nanti nggak gagal lagi.
Ihh asik banget ya naik gunung bersama temanteman terus sampe atas bisa selfa selfi sesuka hati. Cba lo juga selfie sama yg lagi pacaran kan makin nendang naik gunung lo, Pik...tapi di atas sana pasti dingin banget ya Pik, sampe lubang idung merekah tak terelakkan begitu Pik...kapan ya kira kira gue bsa naik gunung lagi...
BalasHapusWkwk kaos nya Indra, Tuhan bersama petualang sejati. Nanti bikin kaos tulisan nya Petualang sejati tidak boker saat mendaki :D
BalasHapusPelajaran saat nyampe di puncak mengena bgt. Kita memang terkadang merasa sombong. Tapi kalau sudah sampai puncak kita merasa sangat kecil...
Makanya kalo nggak pingin bawa sampah ya jangan ninggalin sampah dong bang, kalo makan sama bungkusnya sekalian biar gak jadi sampah.
BalasHapusBang Topik kayanya sensitif banget kalo ada orang pacaran, bawannya pingin ngejorokin aja. Coba kalo ada aku, pasti aku bantuin ngejorokin tuh orang ke kawah gunung.
enjoy abis yak bro.. mungkin ini masalah serius ya tentang kebersihan. masa iya sampai kayak dinas kebersihan, parah abis itu berarti -__- sepertinya agak ternodai aktivitas hiking dengan sampah disekitar tenda..
BalasHapuswwiihh keren bang topik yang udah jadi cowok beneran ini gara-gara udah naik ke gunung. tapi gak tau kenapa bang topik ini semangat sekali, ketika yang lain sudah mulai lelah tapi bang topi masih semangat atau mungkin dia nemuin barang dari aura kasih tadi :D tapi salut deh buat bang topik.
BalasHapusquotenya bener banget, kalo orang sombong2 itu diajakin naim gunung mungkin dia bakal sadar kalo semua itu bukan miliknya dan hanya titipan yang maha kuasa.
lain kali ajakin gue yaak bang... eeh nasib orang pacaran tadi gmana ?