Awal
bulan Desember 2015 lalu. Disaat hujan lagi deras-derasnya sahabat gue Indra
tiba-tiba ngasih tahu kalau dia mau naik gunung.
“gue
mau naik gunung Ciremai”
“sama
siapa bro? Gue ikut, bayarnya berapa?” gue penasaran.
“bayarnya
dari gue kalau lo beneran mau ikutan. Sama temen-temen gue”
Gue
nggak tahu, cara nolak ajakan semacam ini. Makanya gue bilang “oke!”
Gue adalah orang yang percaya sama namanya kekuatan imajinasi. Dulu gue pengen banget
naik gunung Ciremai setiap berangkat kuliah gue lihatin terus gunung Ciremai dari
mobil angkutan umum, karena waktu itu gue belum bawa motor. Ditambah pak Syarif
guru bahasa Indonesia gue waktu SMP, dulu bilang “kamu belum jadi lelaki sejati
kalau belum naik gunung Ciremai”. Oke, di kepala gue terus terngiang-ngiang
kata-kata beliau. Dan gue denger kalau ada kesempataan buat hiking untuk
pertama kalinya.
Gue bakal jadi laki tulen.
Mungkin
maksud pak Syarif bilang gitu karena dia tahu persis nggak ada bencong yang
doyan naik gunung. Kalau naik mobil satpol PP mungkin.
Imajinasi
gue pun makin kuat kalau suatu saat nanti gue bakal naik gunung Ciremai.
Kesempatan ini nggak boleh gue sia-siakan. Segera setelah memutuskan untuk ikut
(karena dibayarin) gue berfikir gimana caranya dapetin alat-alat berikut ini:
Tas
Mungkin
lebih tepatnya tas carrier. Karena kalau tas biasa buat naik gunung nggak bisa
muat banyak. Atau paling nggak muat baju sama peralatan lain kayak blas-on
lipstick dan alat-alat make up lainnya. Ini gue mau naik gunung apa mau jadi
biduan pantura.
Padahal
gue tahu kalau tas itu penting, tapi sialnya gue nggak punya tas. Tas carrier
maupun tas biasa. Kemarin waktu diajak
ke Bandung gue pakek tas adek gue. Untung tasnya nggak kayak tas anak-anak
kebanyakan, tasnya agak kerenan dikit. Jadi gue pakek tas adek gue. Walaupun
bukan carrier tapi bisa muat barang-barang yang harus gue bawa.
Sepatu
Nah,
selain tas yang gue khawatirkan. Gue juga khawatir sama sepatu. Gue cuman punya
sapatu pantofel bekas PPL kemarin. Masa gue naik gunung pakek pantofel.
Sekalian gue pakek baju safari ajah kalau gitu. Gue pun puter otak. Mungkin gue
pakek sandal ajah kali, biar rada simple. Tapi gue nanya sama kakak gue yang
juga berpengalaman naik gunung. Katanya kalau pakek sandal usahakan sendalnya
ya sandal gunung. Jangan sandal ceplek.
Oke,
dia tahu banget gue cuman punya sandal ceplek. Daripada pakek sandal sekalian
ajah pakek sepatu. Untungnya ada Adi temen sekelas gue di kampus akhirnya mau
minjemin gue sepatu. Sepatunya keren pulak. Thank bro.
Udah
ada dua item itu gue rasa cukup. Karena tenda dan lain-lain dari Indra semua. Gue
tinggal berangkat. Tapi satu lagi, gue lupa. Harus bawa duit juga buat
jaga-jaga. Dan saat itu dompet gue kering kerontang, naik ajah dibayarin. Kelihatan
banget bokeknya. Tapi kemudian masalah itu nggak berlangsung lama.
Setelah gue berdo’a kemudian gue pun berusaha ini-itu, alhamdulilah gue dapet duitnya.Yang jelas gue nggak ngepet atau ngerampok.
Hari
H tiba gue siap-siap di rumah. Gue masukin barang-barang yang harus dibawa yang
paling penting diantara semuanya adalah celana dalam. Beneran. Penting banget.
Nggak lupa gue juga minta saran sama kakak gue sebagai pendaki gunung senior
yang udah mendaki gunung-gunung di pulau Jawa. Setiap sarannya gue catat
baik-baik.
Malam
sebelum berangkat gue nggak bisa tidur. Tidur cuma sebentar. Karena Indra
bilang kalau dia nyampe di rumah gue jam dua pagi. Oiyah, kenapa gue disusul,
karena Indra kebetulan abis pulang kerja dari Bekasi. Yah, dia abis pulang
kerja langsung pulang ke Cirebon. Naik motor.
Nah,
jalurnya ngelewatin rumah gue. dan berhubung berangkatnya pagi jam empat subuh
dia nyuruh gue ikut dulu ajah ke rumahnya, biar sekalian. Soalnya disana juga
udah ada keempat temannya. Singkat cerita Indra udah nyampe depan rumah. Gue
baru tidur sebentar dia udah nyampe ajah. Cepet banget. Di bawalah gue ke
rumahnya, kita kumpul disana. Gue kenalan sama temen-temennya Indra.
“Fajar..”
“tofik”
Kami
berdua berjabat tangan.
“dari
mana mas?” tanya gue.
“Bekasi
mas, temen kerjanya Indra” jawab Fajar sambil ngunyah permen karet.
“oohh
kirain temen satu kosannya”
“yang
satu kosan mah yang satu lagi tuh”
Gue
lihat temennya Indra yang dari Bekasi ini, kayaknya berpengalaman dalam hal
naik gunung. Kelihatan barang bawaaannya. Dia bawa carrier, dan sepatunya juga
sepatu khusus naik gunung. Sampai akhirnya dia bilang “gua baru kali ini naik
gunung, pik. Yang sering mah abang gua”.. oke, santai. Ternyata kita berdua sama. Newbie juga.
“wah
samaan doang kita. Gue juga baru pertama naik gunung, yang sering kakak gue. Dia
udah kemana-mana yang belum ke surga ajah.. haha” kemudian hening…
Setelah
itu gue kenalan sama temennya Indra yang sekosan sama dia. “Agi..” dia ngenalin
duluan. Gue pun menyambut keramahan itu dengan menyalaminya balik “tofik…”
sambil nyengir. “temen satu kosannya Indra, apa satu PT?” lanjut gue nanya.
“satu
kosan mas” jawabnya singkat. “udah sering naik gunung mas?” dia nanya gue
balik.
“belum,
ini pertama kalinya gue naik gunung. Kalau gunung yang lain gue sering naikin
sih.. hahaha” gue mencoba break the ice
tapi gagal. Garing lagi..
Setelah
mereka berdua datang satu lagi temennya Indra, kebetulan dia tetangga depan
rumahnya. Gue juga lumayan kenal sama dia.
“ugis..”
sambil nyalamin gue. “duh siapa yah.. lupa gue. Pernah ketemu sih tapi lupa
namanya”
“tofik
Gis..”
“oiyah,
lupa sih pik udah lama nggak ketemu’
Kali
ini gue nggak berselera bikin ketawa. Soalnya nanti ujung-ujungnya garing.
Setelah
kumpul dan menyiapkan yang harus disiapkan, termasuk mereka bertiga juga mandi
dulu. Kemudian kita berangkat, naik
mobil kakaknya Ugis, kami diantar sampai terminal Maja, Majalengka. Tempat awal
kami nanti akan naik. Nanti sampai sana kami baru naik mobil lagi untuk sampai
di post satu.
Singkat
cerita kami pun sampai di terminal Maja. Seperti dugaan kami sebelumnya,
walaupun pagi-pagi banget kami berangkat (jam 4) di terminal udah banyak yang
mau naik ajah. Jalur dari Majalengka lumayan jadi favorit, namanya jalur
pendakian Apuy. Nanti kalau ada yang mau
naik bareng gue senggaknya gue udah tahu harus kemana dulu. Minimal gue tahu
letak alfamart terdekat. Di terminal Maja kami juga nunggu kang Deni, temennya
Agi orang Maja. Mungkin dia bisa disebut kuncen.
Setelah
sampai di pos satu yaitu pos tempat
pendaftaran kami pun langsung mendaftar biar nanti kalau ngilang di atas
datanya ada. Walaupun kami naik gunung tujuannya nggak pengen ngilang. Tapi karena
kebanyakan yang tersesat kemudain nggak diketahui nama-namanya itu nggak daftar
dulu alias illegal dan itu udah banyak terjadi. Kami pun nurutin sistem. Gue
nggak mau ngilang gitu ajah soalnya senggaknya gue mau menghilang bersama
kenangan-kenangan masa lalu gue bersama dia. Udah itu ajah.
Nggak
perlu berlama-lama kami pun langsung menuju pos dua setelah mendaftar. Awal
langkah gue sebagai laki-laki menginjakan kaki menuju gunung Ciremai. Setelah
berjalan dengan muka ngos-ngosan kami berhenti sejenak padahal pos dua udah
deket. Indra pun merasakan hal yang sama. Tapi bedanaya dia ngerasa pengen
boker, diantara kami dialah orang pertama yang boker duluan. Kurang ajar..
Perjalanan
dari pos ke pos lainnya begitu mengasyikan sekaligus begitu melelahkan. Asyik
soalnya gue nggak nyangka ada cewek-cewek juga di atas gunung begini, artinya
nggak semuanya cowok. Minimal ada yang bisa buat cuci mata. Capeknya karena
karena naik gunung. Kalau naik pelaminan mungkin tegang ajah.
Yang
paling jauh jaraknya adalah dari post dua ke pos tiga, empat, dan lima. Kerasa
banget naik gunungnya. Gue akui kami berenam naik gunungnya payah banget, soalnya kebanyakan
berhenti. Banyak duduk terus lanjut lagi. Daripada kecapean kemudian pingsan
mending istirahat.
Hari
sudah menjelang malam kami mencoba mencari tempat untuk mendirikan tenda. Waktu
itu kami baru sampai pos empat dan keadaan temen-temen mulai kecapean. Tapi
gue, kang Deni dan Agi masih bisa naik dan rencananya akan mendirikan tenda di
post lima, takutnya keburu tempat penuh. Maka dari itu gue, Agi dan kang Deni
naik duluan dan mereka bertiga kami tinggal.
Nggak
mudah untuk naik dengan tenaga seadanya. Udah gitu gue lupa bawa makanan yang
ada di ransel Indra. Sementara Indra ada di bawah. Wal hasil kami bertiga naik
dengan bekal seadanya yaitu mie instan dua biji. Untunya dengan mie dua biji
itu kami berhasil naik lebih jauh. Sebenernya gue bawa gula merah buat di emut,
kata kakak gue itu untuk menambah tenaga kalau naik gunung. Emang bener sih ada
tambahan tenaga. Gue juga nggak ngerti kenapa bisa gitu. Magic banget.
Pos
lima udah di depan mata tapi ada kabar kalau di pos lima penuh sesak oleh
pendaki lain. Dan akhirnya kami hanya mendirikan tenda di bawah pos lima. Masih
dekat. Tapi nggak ngepas di pos limanya. Nggak papa yang penting ada tempat
buat tidur. Walaupun perut udah bunyi terus, nyatanya tenda tetap bisa berdiri
dengan gagah. Tinggal nunggu Indra dan kawan-kawan di bawah.
Agak
lama kami nunggu mereka di bawah pos lima sampai akhinrya mereka nongol dengan
muka kucel dan jalan sempoyongan gue khawatir mereka bakal pingsan atau malah
boker di tempat. Apalagi Indra yang kerjaannya boker mulu.
----
Malam
sudah menjelang. Dan gerimis pun perlahan menjadi hujan. Untungnya kami sempat
masak duluan sebelum akhirnya hujan. Lumayan untuk isi tenaga dan selanjutnya
tinggal istirahat untuk lanjut naik lagi nanti jam 3. Rencananya emang kami mau
istirahat dulu baru nanti lanjut lagi naik jam 3 pagi. Iya men. Harus gitu
kalau nggak naik jam segitu, kita bakal ketinggalan sunrise yang indah merona.
Setelah
makan-makan bersama, mereka langsung tidur kebetulan kami bawa tenda dua. Yang
satu muat untuk empat orang dan yang satunya lagi muat untuk dua orang. Suasananya dingin dan hujan,
dingin udah pasti, gue ajah sampai pakek celana dobel terus pakek kaos kaki
dobel juga. Lumayan bikin badan gue anget. Ada usulan dari Indra nanti kalau
dingin tidurnya pelukan ajah. Ketika dia bilang gitu gue langsung nyela “GUE
NGGAK MAU, NTAR LU BOKER KENA TEMEN-TEMEN! BAU!”
Kang
Deni, gue lihat belum juga mau tidur. Gue kira dia lagi ngelamun. Sementra yang
lain pada tidur. Ternyata dia lagi jagain kita dari babi hutan. Yah, sempet ada
babi mendekat ke tenda kami, untunya nggak nyeruduk kami berempat.
Waktu
udah menunjukan pukul 2 lebih.
“Ndra
bangun! Udah mau jam tiga nih. Katanya naik lagi jam tiga. Buru bangun..”
“….”
Dia ngorok..
“Gi
bangun, bangun”
Karena dia masih ngorok gue bangunin Agi.
Karena dia masih ngorok gue bangunin Agi.
“ehhh….”
Akhirnya dia bangun.
Setelah
bangun semua, beres-beres tenda dan sebagainya. Kami lanjutkan perjalanan
menuju puncak gemilang cahaya. Yang paling berkesan adalah waktu kami siap-siap
mau berangkat dan sama-sama berdo’a. Di situ gue ngerasa, gue beneran naik
gunung dan bentar lagi nyampe, gue harus semangat, gue akan menjadi laki-laki
seutuhnya…
To be continued...
oh selama ini abang bukan laki-laki toh? hahaha
BalasHapusgue kecambah
HapusKalo liat foto-fotonya jadi ingat film 5cm. Tapi, ngga ada ceweknya. ^_^
BalasHapusini 7 cm rip
Hapuskeren... harus naik gunung pokoknya biar seumur hidup sekali
BalasHapusHhahaha pele gue boker d bawa2
BalasHapusiya ente kan suka boker ndra jujur lah gue mah
HapusAda yang perlu diklarifikasi, gw jalan belakangan bukan ga kuat, tp jagain indra takut boker sembarangan fik.. Bahahahaha
BalasHapushahaha.. jagain hati lo juga jar yang lagi lupain mantan
HapusKeren men, Naik gunungnya dengan modal seminimal mungkin. Hahaha. Ditunggu lanjutannya yak :D
BalasHapusItu udah ada di bawah.. Tinggal klik ajah yg to be continued nya hehe
HapusAne nggak setuju dengan kata 'belum jadi lelaki sejati kalau belum naik itu gunung' karena apa? Karena ane percaya kalau lelaki sejati itu adalah yang udah punya istri hahahha.. Ketinggian gunungnya berapa bang? Ini nanya seriusan.. Jangan dijawab yang aneh2 =.=
BalasHapusitu tahap akhir seorang lelaki sejati bro.. nikah
HapusJadi selama ini lu apaan kalo bukan laki? Gue curiga kalau lu sebenernya makhluk setengah2, bingung antara pingin jadi batangan apa gundukan. Coba gue ngajak lu ke salon, meni pedi, spa, facial, dsb, dijamin lu jadi lekong cucok :D
BalasHapusgue udah laki sekarang kalau gak percaya aku bisa buktiin ke kamu sekarang juga
Hapusah.... kampret.. jadi makin ngiri sama yang pernah hiking...
BalasHapusseumur-umur gue cuma pernah naik gunung sindoro karena acara live in doang, nggak ada esensi hikingnya. tinggal di tenda gitu nggak berasa. kayaknya emang seru banget yak bro jalan dari pos satu ke pos yang lain. udah kayak di film-film aja..
iya emang ini gue lagi meranin adegan film jev haha
Hapusjadi kepengen naik gunung juga, keknya seru tuh kalau bareng temen-temen. Jadi, naik gunung bareng-bareng, kesesat bareng-bareng, mati di gunung juga bareng-bareng.
BalasHapusiye buru naik gunung tapi jangan sembarang gunung zar
HapusSelamat ya udah jadi laki-laki tulen. Kalo nggak naik gunung kan malu sama tuh titit yang udah disunat. Jadi pengen naik gunung lagi, kayaknya asyik. Tapi, yang bikin gue pikir-pikir ya dinginnya itu lho. Soalnya sleeping bag gue udah ninggalin gue. dia berpindah ke lain hati.
BalasHapusiye bener sih bang malu ama titit
Hapuswah, fik. setelah sekian lama kenal, gue baru saadar kalo elu bukan laki tulen. #savetaufik
BalasHapusuntung pada sabar ya temanan sama indra, pgen boker lah. gue kirain cuman sekali, lah inih sering. dia abis makan sekarung beras kali yak. tpi gue ngebayangin boker d tengah jalan nuju gunung kyaknya serem juga sih tuh.
itu yg pas mau becanda, tpi pada krik'' agak kesel gmna gitu yak. gue klo udh usaha gtu, trus krik'', bawaannya jadi baper sih. pgen diem aja. bhahahah.
seriusan ada babi yg mendekati tenda? wah, gue kirain dia pgen ketemu sama indra.
lah
nggak nyambung
anjir lo ji -_-'
Hapusiya takut pas boker bokernya dibalikin lagi hahaha
waaah kenapa harus pisah di pos 4 dan 5 ?
BalasHapusAku sih belum pernah naik gunung :D
kamu mau naik barng aku??
HapusAku belum pernah naik gunung bang, soalnya aku belum siap jadi laki-laki tulen. Laahh. Pernah sih punya niatan buat naik gunung. Tapi aku urungkan niatnya karena aku takut. Cupu banget ya.
BalasHapusSerem banget bang sampe ada babi hutannya gitu -__-
jadi anak kebanggan ibu ajah udah co
Hapusakhirnya dari sekian lama penantian, jadi lelaki juga akhirnya sekarang, keren banget deh kalo udah jadi laki, tinggal cari ceweknya ajah nih biar tambah di bilang laki tulen :D
BalasHapusfrist hiking yaa bang, seru juga pengalaman pertamanya, jadi penasaran sama cerita berikutnya pasti bakal seru dan dibumbuhi bau-bau ngak sedap gara-gara si indra yang suka boker, eehh btw bagaimana si indra bokernya kalo lagi di atas gunung :D
gue ucapin selamat lagi karena udah jadi lelaki tulen sekarang :P
hahaha cariin brohh
HapusLah yang belum pernah naik gunung belum jadi laki-laki dong? *brb nyari gunung yang bisa dinaiki*
BalasHapusYa ampun, aku ngakak coba pas ngatain kakaknya tinggal masuk surga doang yang belum. Ini antara nyuruh mati sama ngedoain biar masuk surga.
Pengalaman first hiking seru ya, kalau sehari sebelum pergi malamnya gak bisa tidur itu kayaknya wajar deh. Aku juga suka kayak gitu, biasanya ngebayangin hal apa saja yang terjadi besok. Mulai dari senengnya sampai apesnya semua juga ikut dibayangin.
iye masih setengah laki lo Ki
HapusGue nyesek.
BalasHapusBener. Ini karena selama ini gue ngga pernah naik gunung.
padahal orang luar daerah gue rela ke daerah gue buat naik gunung doang.
next time, moga bisa kesampaian deh
naik delman mulu sih lo
HapusWah... selamat!! elo jadi lelaki tulen!!
BalasHapusberarti selama ini elo apaan dong?? lelaki jadi2an??
beberapa hari yang lalu gue juga ditawarin naik gunung Ciremai, tapi tugas gue terlalu banyak.... :v
gue dulu anoa
Hapusmoga kita cpet nyusul jadi lelaki seutuhnya T.T
BalasHapusshojatnya gmana pik? pasti seru di alam gelas sejadah di atas batu kyk byangan gue yg d dapet dari acra tivi.
kpan lagi kan meluk cwok. gk bkal dbilang maho juga. kalo tainya nanti beleberan agap aja kenang2an sejma manjat. aha
ayo ga naik sana lo pan deket
Hapus