Udah,
gue nggak mau basa-basi. Langsung ajah. Keburu keluar.. eh ini apaan..
Kejadiannya
waktu gue beli gorengan di pinggir jalan, si abang penjual gorengannya nggak
ngasih cabe!
Ini maksudnya apaan?
Gue lihatin, gue perhatiin siapa tahu abang
gorengannya kurang perhatian. Dia malah masukin petis doang. -..-
Besoknya
gue beli gorengan di tempat lain. Dan ternyata sama juga. Cuman karena gue
ingat kejadian itu, gue pikir ini nggak boleh terjadi lagi; gorengan tanpa
cabe.
"Bang cabe dong" kata gue dengan langsung direspon oleh abang
gorengan yang agak bau ketek "Oiyah mas.." *masukin cabe*. Kalau ajah dia nggak masukin cabe gue masukin duit gopean ke lubang idungnya.
Nah
ini gue juga mau kasih tips untuk para
pedagang dimana pun kalian berada. Perhatikan bau ketek kalian, karena ketek
memepengaruhi pembelian. Ini pula bisa dijadiian bahah skripsi untuk anak
ekonomi management.
Kalau ajah tadi gue nggak negur abangnya, kejadian yg sama akan terulang. Sekarang tukang gorengan mau coba main licik; nggak masukin cabe dalam item gorengan. Padahal itu sangt amat penting untuk kelangsungan umat manusia.
Petis yang notabene adalah pelengkap tahu petis dipakai untuk menggantikan cabe. Menurut gue kurang cocok. Mereka berdua cocoknya putus ajah karena emang beda. Dari awal mereka emang beda. Padahal dalan peraturan dunia pergorengan. Cabe, saos dan sambal adalah item wajib ada dalam sebungkus gorengan.
Kalau ajah tadi gue nggak negur abangnya, kejadian yg sama akan terulang. Sekarang tukang gorengan mau coba main licik; nggak masukin cabe dalam item gorengan. Padahal itu sangt amat penting untuk kelangsungan umat manusia.
Petis yang notabene adalah pelengkap tahu petis dipakai untuk menggantikan cabe. Menurut gue kurang cocok. Mereka berdua cocoknya putus ajah karena emang beda. Dari awal mereka emang beda. Padahal dalan peraturan dunia pergorengan. Cabe, saos dan sambal adalah item wajib ada dalam sebungkus gorengan.
![]() |
source |
Lalu apa yg terjadi dengan tukang-tukang gorengan ini. Mereka mencoba melakukan konspirasi. Bahaya banget untuk kelangsungan umat manusia.
Mungkin mereka stress gara-gara BBM selalu turun naik kayak rasa sayang aku ke kamu. Sementara para penikmat gorengan enggan bayar lebih mahal dan pengen ukuran gorengan diameternya seperti biasa.
Kasus ini nggak bisa dibiarin gitu ajah. Harus ada campur tangan mentri perdagangan sebagai regulator perdagangan nasional, mentri ekonomi sebagai pengatur regulasi ekonomi kelas menyamping, dan mbak Puan yang seyogyanya bertugas untuk merevolusi mental para abang gorengan ini. Kalau mbak Puan nggak bisa merevolusi mental para pedagang gorengan ini, aku yang akan merevolusi hatimu mbak.. :*
Gue lihat emang belum ada program kerja nyata yang mencoba memperbaiki kondisi
gorengan yg semakin kritis. Tahun kemarin merebaknya tukang gorengan pakek
plastik biar renyah seolah dibiarkan begitu saja..
Gue sebagai pemerhati gorengan nasional, cukup prihatin *pegang dada* *dada gue kecil.. Gue pun sebagai orang yang sempat jadi praktisi di bidang gorengan (tukang gorengan) merasa abang gorengan sudah keterlaluan ketika mereka nggak masukin cabe dan berpura-pura lupa masukin cabe ke dalam gorengan.
Ironis...
Gue sebagai pemerhati gorengan nasional, cukup prihatin *pegang dada* *dada gue kecil.. Gue pun sebagai orang yang sempat jadi praktisi di bidang gorengan (tukang gorengan) merasa abang gorengan sudah keterlaluan ketika mereka nggak masukin cabe dan berpura-pura lupa masukin cabe ke dalam gorengan.
Ironis...
*update terbaru*
Kemarin (27/01, 2016) waktu gue disuruh beli makan, di depan kampus IAIN Cirebon gue menemukan seorang pedagang gorengan yang ngasih cabe dengan meminta maaf karena dia nggak ngasih gue petis. Katanya sih petisnya abis. Gue malah bersukur nggak ada petis. Gue bilang ajah ke abangnya "justru gorengn cocoknya sama cabe bang".. Si abangnya nyengir. Untuk menambah keceriaan dunia ini gue juga ikutan nyengir.
Mungkin itu ajah keluh kesah gue selama ini tentang gorengan. Nggak ada yang bisa di ambil dari postingan ini, kecuali kalian benar-benar berfikir. Betapa nggak pastinya nasib mereka (pedagang) ketika pemerintah ‘sembarangan’ menaik-turunkan harga minyak. Gue harap pemerintah nggak menaikan harga minyak angin juga. Kasian tukang pijit.
Mungkin itu ajah keluh kesah gue selama ini tentang gorengan. Nggak ada yang bisa di ambil dari postingan ini, kecuali kalian benar-benar berfikir. Betapa nggak pastinya nasib mereka (pedagang) ketika pemerintah ‘sembarangan’ menaik-turunkan harga minyak. Gue harap pemerintah nggak menaikan harga minyak angin juga. Kasian tukang pijit.
yang merah kayaknya cabenya manis tuh, cobain deh
BalasHapusitu siapa nama pedagang gorengan yang lo temuin di depan kampus iain? terus omset dagang gorengan setiap harinya berapa? terus berapa jumlah modal yang dibeli setiap beli bahan-bahan gorengannya termasuk cabe?
itu harus dilaporkan ke ylki tuh, itu termasuk salah satu ketidakpuasan konsumen akan gorengan karena tidak adanya cabai, kasus ini perlu diusut, bisa saja kan ada penimbunan cabai di antara para pedagang gorengan? #savecabe
HAHAHAHAHA... gue orang absurd lagi nih
Hapusgue akan melaporkan ke YLKI Nik sal lo damping gue
Gue kira apaan bg. GOrengan aja jadi konspirasi. Gue jarang banget dikasi petis. Di sini kalo gak cabe ya saos. Udah itu aja bg. Kalo petis jarang.
BalasHapusMungkin ini faktor lokasi juga, bg. Tapi bener juga, harusnya menteri perdagangan prihatin sama hal kek gini. "ASek.."
lo jangan menganggap hal ini sepele ru ini tuh duapele tau..
HapusMungkin harus ada UU nya tentang cabe yang wajib ikut sama gorengan bang? :D
BalasHapusada banget, tapi bentar gue cari dulu...........................................
HapusWakaka konspirasi yang luar biasa. Difilmin seru nih :D
BalasHapuslo yang kasih judul bang, gue bisa jadi sutradara sekaligus pemainnya
HapusUntungnya setiap gue beli gorengan, semua bahan di beri lengkap. Cuma satu kekurangannya, diameter gorengannya yang makin hari makin menyusut~
BalasHapusiya bener tuh ri diameternya makin keil ajah
HapusYaelah soal cabe aja jd artikel. Mantap kali. Tapi memang benar, pembeli diharuskan dilayani maksimal. Termasuk kelengkapan cabe di gorengan. Lengkap.
BalasHapusmaksimal banget
HapusWelah bang topik, karena konspirasi abang gorengan ini aja, diperlukan 3 menteri yang harus turun tangan ke lapangan, demi keberlangsungan kesejahteraan para gorengan lover's
BalasHapusiya fif ini urgent banget saoalnya
Hapuspembahasan yang sungguh sangat penting sekali. perlu diagendain di rapat tahunana negara nih
BalasHapusBtw petis apaan sih? mau tendangan bebas, pada nyusun pagar petis
ini lebih penting dari kreta cepat yang dikabarkan trik cina menguasai BUMN negara kita don
Hapuspetis itu kayak sambel tapi item
semoga ada tukang gorengan yang membaca postingan ini, bro. jadi bukan hanya bis amenjual, tapi tau jug akeluh kesah pembeli. rasanya.. gorengan tanpa cabe itu bagaikan butiran debu yak. dan jadi menurut kesimpulan anda... bau ketek para pedagang gorengan berbanding lurus dengan minat beli para pembeli? semakin bau ketek mereka maka akan semakin menurun minat pembeli dalam kurva permintaan?
BalasHapuskenapa lo jadi formal gitu jev. gegara masuk HI lu yee ?? hahahaha
Hapusbisa gitu ya bang, rada aneh sih gorengan pake petis. kalo kuah cuka masih enak aja sih. tapi alhamdulilah di Lampung tukang gorengan mayoritas masih ngasih cabe bukan petis atau cabe-cabean. gue belum nemu tukang gorengan yang ngasih petis itu. mungkin karena gue gak pernah beli gorengan kali ye. jiahahha
BalasHapusGue pas minta cabe sama abang gorengan. Terus tiba-tiba keluar anaknya abang gorengan.
BalasHapus"Bang, saya minta cabe bang!"
"Lah ini mas, anak saya. Cabe-cabean."
Gue nengok.
Anaknya pake hotpants pink, diatas celana training.
"Gue teriak, udah cukup pedes bang."