Hari
jum’at (30/10) Sebagai pengguna motor yang nggak punya sim sama sekali (jangan
ditiru) gue mencoba untuk berangkat kuliah dengan santai dan sangat menikmati
perjalanan. Berharap pas nyampe kampus dosen pembimbing bisa ditemuin. Kalau
misalnya nggak bisa, ya nggaak papa sih gue tetep sayang sama dosen pembimbing.
Yah, salah satu cara gue menghadapi skripsi yang bikin otak gue keram adalah
dengan menyayangi dosen pembimbing skripsi.
Tapi dosen pembimbing kan biasanya
udah punya suami pik? Trus kalau cowok gimana?
Makna
menyangi kan bukan berarti kita jatuh cinta sama pembimbing, kemudian kita
pacaran. Gilak kali. Maksud gue sayangi beliau, cintai beliau sebagai dosen
yang akan membimbing dan sebagai ‘guru’ kita. Dengan menebarkan pikiran positif
di otak kita, menebarkan rasa cinta maka yang terjadi adalah kita bakal pengen
terus bimbingan. Nggak takut sama dosen pembimbing. Kan, ada tuh yang takut
sama dosen pembimbing terus nggak pernah bimbingan.
Di
perjalanan, jalan yang biasa gue lewatin ternyata lagi ada Oprasi Lodaya.
Oprasi ini dilakukan di seluruh Jawa Barat bahkan mungkin seluruh indonesia. Pak
polisi merazia motor-motor yang tanpa surat-surat dan juga pengendara motor
yang nggak punya sim. DAN, gue kena.
Gue
juga nggak ngerti kenapa gue diberhentiin, padahal kan muka gue muka kayak orang
yang punya sim. Walaupun aslinya nggak punya. Kata pak polisinya lampu gue
nggak dinyalain. Padahal nyala, lagian kan motor zaman sekarang mah (motor
Honda) lampunya nyala terus. Udik nih polisinya. Bukan nggak nyala pak itu efek
udah lama akinya ngggak di strum lagi. Sini bapak saya setrum, biar terang
matanya.
Gue
pun kena dan harus sidang tanggal 6 Nopember nanti di Polres Majalengka. Gue
tanya-tanya katanya sih sidang bayarnya cukup mahal juga. Tapi, ya, mau gimana
lagi ini salah gue juga. Bukan, bukan karena gue nggak punya sim. Karena gue
nggak jeli melihat situasi, kalau ternyata di depan gue ada polisi. Kampret.
Di
dream note gue. Gue nulis November nanti gue sidang. Cuman gue nggak jelas
nulis sidangnya sidang apaan. Jadi efeknya sembarangan sidang ajah, malah jadi
sidang di Polres. Apes tenan gais. STNK
gue di tahan untung bukan guenya yang di tahan. Gue udah sering ditahan. Ditahan
perasaan malu untuk mengutarakan perasaan. Halah..
Tapi
gue harus bersukur. Soalnya semenjak gue dikasih surat tilang gue beraharap
banget ditilang lagi sama Polisi *songong. Kalau gue diberhentiin gue tinggal
nunjukin surat tilang, kemudian gue dilepasin lagi. Kejadian itu beneran
terjadi, setelah tiga hari setelah gue ditilang. Sebelum lampu merah jalur
menuju kampus gue, ada razia. Dan, gue diberhentiin.
Karena
udah tahu, gue santai ajah. Polisi menunjukn tangannya supaya gue minggir. Gue pun
nurut. “udah ditilang pak” kata gue.
“ditilang
dimana? Coba mana lihat”
Gue
rogo-rogo dompet sebentar “nih pak” gue ngeluarin surat tilang. Kemudian pak
Polisi percaya dan membiarkan gue lewat. Ajaib
nih surat tilang.
Di
depan lampu merahnya ada razia lagi, disitu gue berharap gue diberhentiin lagi.
Dalam hati gue berkata ayok pak tilang
saya, pengen ditilang nips. Sayangnya gue nggak ditilang. Gue lolos dengan
lancarnya.
Ternyata
sim kalah sama surat tilang. Surat tilang menurut gue adalah surat yang ajaib.
Dengan hanya menunjukan surat tilang doang gue bisa dilepasin. Tapi gue
nggak mau terbelenggu dalam surat tilang. Halah. Gue akhirnya bikin sim. Sekarang gue
udah punya sim.
Cepet banget kan. Ajaib. Dan kebetulan kemarin gue juga udah sidang dan STNK motor gue kembali ke tangan tuannya. Sebenarnya kalau gue mau udah dari dulu
gue bikin sim. Karena males ajah jadi nggak bikin-bikin.
Ada
hikmahnya juga gue ditilang, apalagi sampai disidang. Gue melihat kalau kita
nggak segera memilih dan memutuskan untuk mengambil langkah, kita akan dipilihkan
dalam keadaan yang mungkin nggak kita suka sebelumnya. Mungkin keadaan yang gue
alami baik efeknya buat gue. Gue jadi punya sim. Tapi apa yang terjadi kalau malah sebaliknya.
Iya dipaksa pada pilihan itu tidak ada enaknya..
BalasHapusBTW gimana rasanya di sidang tilang?
Ciiee yang udah punya sim.. selamat ya.. :-)
rasanya kayak nyender di bahu kamu Rum.. eaaa
Hapushahaa
BalasHapussurat tilang lebih ajaib
Iya Mad soalnya dia anti tilang
HapusSelamat deh atas kelahiran Sim nya... hehhe.. taatilah peraturan negara nak..(padahal gak punya sim juga) hehehehe
BalasHapusSekalian aja lu keliling kota enggak pake helm biar ditilang, kan udah punya surat tilangnya, jadi nggak bakal ditilang lagi.
BalasHapusDasar yaa kmu Pik gak punya SIM, warga negara macam apa sih kamu? ahahahahaa "kidding"
BalasHapusTapi aku terinspirasi sama dream note km lho Pik, semoga ntar aku bisa ikut nulis akh
selamat ya akhirnya punya sim
itu berapa kenanya mas
BalasHapussaya alhamdulillah udah bikin sim pas dapet motor jadi bisa tenang sedikit tapi ya kadang polisi juga suka aneh-aneh berhenttiin motor orang jadi bisa jaga-jaga kalau udah [unya sim
Nah, kejadian ini juga pernah gue alami waktu SMA dulu. Berani-beraninya lewat depan polisi yang lagi razia padahal SIM belum ada. Sejak saat itulah gue bertekad kalo udah 17 tahun langsung buat SIM.
BalasHapusSekarang, semenjak udah punya SIM gue santai aja walau ada polisi, tapi tetap ngecek lampu nyala apa kagak, biar gak diberhentiin. Gue juga berani datangin pos polisi untuk nanya jalan, punya SIM.
Untuk memilih memang ada yang harus dikorbankan.
misi kak artikel nya bagus nie boleh shared ?
BalasHapuspoker online
Informasi terbaru
Berita Akurat
Cerita sexy terbaru
Patience is needed when you want to achieve a success
BalasHapusbandar online
bandar togel
agen togel
togel online
link alternatif dewacinta