iklan

Dibalik Iklan Rokok

        Rokok adalah gulungan tembakau yang di balut kertas berwarna putih kemudian ketika di bakar keluar jin asap, kayanya semua juga udah pada tau ya apa itu rokok. Sebuah gulungan tembakau selalu menjadi perdebatan antara dokter dengan pengusaha rokok atupun petani tembakau. Si dokter bilang kalo rokok itu isinya racun yang membuat kesehatan manusia menjadi semakin buruk setiap si perokok menghisap asap rokok, apalagi bagi lingkungannya sangat tidak baik khususnya bagi perokok pasif atau bagi seseorang yang tidak merokok tapi dia ada di dalam lingkungan perokok aktiv. Karena di dalam rokok itu sendiri banyak zat-zat berbahaya. Mungin ada potasiumnya juga kali ya .

       Dan kata si pengusaha rokok dan petani tembakau, jadi gimana? Kalo usaha rokok di tutup atau rokok di larang berapa puluh ribu masyarakat akan menjadi pengangguran. Terus ada yang bilang bahwa rokok adalah penyumbang terbesar pajak Negara setelah minuman keras (katanya). Tapi terlepas dari masalah yang sedemikian rumitnya dan sampai detik ini belum juga ditemukan solusinya. Saya tidak mau ikut campur iu sudah ada yang ngatur dan yang mengurus di bidang tersebut, ribet mending ngurusin kuliah saya dan blog tercinta ini.

      Yang saya mau bahas adalah iklan rokok jaman sekarang itu unik dan kesannya lebih beda dengan jaman dulu, lebih mempunyai taste. Kalo jaman dulu kita masih bisa lihat Ari Wibowo megang rokok sambil ngerokok juga, atau ada bang Jamal Mirdad yang sedang naik moge sambil ngeroko. Mungkin di jaman sekarang yang kita temui adalah ketika kambing makan rumput lalu tiba-tiba ada temanya mengajak untuk makan rumput di halaman sebelah yang terlihat bagus, tapi si kambing satunya tidak mau dan akhirnya si kambing itu terjebak oleh indahnya rumput tetangga yang palsu bahkan ada singa datang yang siap menerkam. Coba tebak rokok apaan.

     Ada lagi iklan rokok yang nyuruh kita buat ga cuma speak doang, yang bunyinya talk less do more. Selain itu ada iklan rokok yang sepertinya mencoba memberikan semangat baru, gini go ahed!. Atau juga iklan rokok yang sama tapi mungkin selogannya yang beda “ada dua jenis manusia, yang pertama, orang yang hidup dengan mimpi dan yang hidup di dalamnya” dalem banget, udah kaya MTGW ajah ada pepatahnya, tapi itu iklan rokok yang saya suka. Semuanya berubah gak bakalan ada iklan rokok yang ada orang lagi ngerokok, itu juga udah jadi aturan pemerintah sebenernya. Dan masih banyak iklan rokok yang lainnya yang tentunya cukup menarik untuk kita lihat, apa kalian inget salah satunya coba share.

Komentar

  1. sekarang iklan rokok keren2 emang, mungkin karena regulasi yg enggak bolehin rokok tampil terlalu vulgar... kalo gua sendiri tentang iklan rokok seneng yg "Wani piro" sama enjoy aja pas beberapa tahun yang lalu

    BalasHapus
  2. karna ada aturan gak boleh ngerokok di tempat umum, iklan pun juga.
    Boleh mengiklankan rokok, tapi gak boleh ada rokok di dalamnya.

    Makanya banyak kan yang memvisualisasikan kalau ngerokok itu keren, ngerokok itu gaul, ngerokok itu bebas.

    coba deh iklan yang mana :))

    BalasHapus
  3. Hdeh, klo Ģώ ga rokokan.... Tpi sring sih liat ikln"nya

    BalasHapus
  4. he em....tapi yang saya tau..jadi pendapatan negara terbesar pertama kalau nggak kedua....

    iklan emang2 keren2...dan memang sokongan dananya besar juga sih

    BalasHapus
  5. miris emang ketika iklan yang bermanfaat buat motivasi malah berasal dari iklan rokok

    BalasHapus
  6. saya pernah dulu ,liat langsung cara pembuatannya ...

    BalasHapus
  7. hahaha iya, padahal rokok tu sebenarnya kan gak baik ya, tapi kenapa aja masih bebas dijual, yaahh mungkin banyak pertimbangannya.
    hhmm iklan rokok emang aneh2, karena emang gak nyambung, tapi seru deehh..!!

    BalasHapus
  8. rokok itu emang gak baik, tapi uang yg dihasilkan dari rokok itu yg buat rokok sulit untuk dihapuskan :)

    BalasHapus
  9. tapi tetep aja, rokok itu ngak baik buat kesehatan.. -_-

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih atas komen dan kunjungannya. Kalau ada kesempatan saya akan BW balik.